Media cetak diawali
dari Timur Tengah di 1.900-1.800 SM, dan terus dikembangkan oleh Fenisia,
Yunani, dan Romawi. Cina menghasilkan buku dengan menulis dan menjadikannya
seperti buku. Penemuan ini diteruskan ke Jepang dan Korea dan kemudian ke Arab.
Buku adalah media yang terbatasa karena mereka harus ditulis tangan. Buku hanya
dicetak dan tersedia untuk orang yang berpendidikan. Penemuan Gutenberg di 1455
menjadi terobosan teknologi yang akan membuat lebih banyak media cetak.
Majalah mulai berkembang di Inggris pada
tahun 1700-an. Mereka membawa fiksi dan nonfiksi dalam berbagai tigkatan. Selama
era Perang Sipil, majalah mulai memiliki dampak yang lebih luas pada kehidupan
masyarakat. Beberapa majalah tumbuh untuk mendramatisir adegan perang, seperti Harper
Weekly. Pada abad kedua puluh, majalah sudah lebih murah dari sebelumnya. Semua
orang sudah bisa membaca dan memiliki lebih banyak waktu luang untuk membaca,
baik di sektor pertanian ataupun ekonomi industri maju dan di minat yanng
berbeda-beda. Keterbukaan dan kebebasan pers pada abad ini sudah membuat banyak
topik untuk dibaca.
Setelah tahun 1920, majalah bersaing
dengan radio dan televisi. Beberapa majalah tidak dapat beradaptasi dengan baik
dan menghilang. Banyak iklan yang beralih ke televisi dan media cetak
kehilangan pendapatan mereka. Perang Dunia II membantu mempopulerkan kembali
media cetak. Pada mulanya, komputer digunakan untuk membantu typesetters. Pada
1970-an, komputer digantikan mesin typesetting dengan mentransfer teks langsung
yang pada gilirannya dipindahkan ke pelat cetak logam. Pada 1980-an, komputer
semakin canggih hingga scanner untuk mendigitalkan foto menjadi lebih murah. Evolusi
ke era komputer telah berdampak pada industri penerbitan buku tradisional.
Digitalisasi membuat buku cetak diubah menjadi e-book. Selain itu, hadirnya
e-commerce memberikan dampak besar pada penerbitan. Dengan toko buku online seperti
Amazon, kita dapat menjual dan membeli buku, buku akan dikirim tanpa kita perlu
meninggalkan rumah.
Selain itu, data yang tidak terhingga di
internet memberikan banyak peluang bagi penerbit kecil yang tidak bisa membuat
toko sendiri. Media cetak menjadi lahan ekonomi bagi sebagian besaar, terutama
perusahaan besar seperti google, yang mendapatkan keuntungan karena adanya
e-commerce yang membuat iklan di google. Media cetak menghasilkan uang dari
penjualan per copy-nya, langganan, dan iklan. Secara keseluruhan, sekitar 60
persen berasal dari iklan, 28 persen dari langganan, dan sisanya dari penjualan
per copy-nya. Pendapatan ini bervariasi tergantung dari jenis media cetak itu.
Banyak media cetak bergantung pada langganan dan iklan. Pada tahun 2008,
langganan menyumbang 88 persen dari total sirkulasi media cetak dan penjualannya
menyumbang 12 persen. Iklan merupakan sumber penting pendapatan bagi sebagian
besar media cetak dan persaingannya sangat sengit, bahkan lebih penting
dibandingkan jumlah langganan. Namun, media cetak tetap harus menjangkau banyak
orang agar bisa mendapatkan iklan. Media cetak yang kini hadir secara konvesional
ataupun internet terus bermunculan. Akan tetapi, banyak dari mereka yang telah
mati. Meskipun banyak media online hadir, media cetak baru terus bermunculan
juga. Topik yang paling populer adalah olahraga, otomotif, dan rumah.
Media cetak memiliki beberapa
keunggulan, seperti pemberitaan ekonomi yang lebih baik dibanding media lain.
Banyak jenis buku yang ada, seperti profesional, pendidikan, dan pelajaran.
Banyak hal yang timbul sejak penemuan Guttenberg, buku kini menjadi lebih
banyak dan terjangkau untuk semua kalangan. Pendidikan menjadi lebih tertata
dan seluruh masyarakat bisa merasakannya.
Perkembangan media cetak membuat banyak
orang yang kini bisa menikmatinya karena teknologi yang terus berkembang,
seperti biaya kertas yang lebih murah. Banyak orang yang belajar membaca dan
membuat pendidikan berkembang. Perang salib sempat membuat koran banyak
memberitakan tentang korupsi dan skandal. Akhirnya, timbul penyebutan
jurnalisme baru karena berita-berita yang ditawarkan menarik bagi orang,
seperti kematian dan bencana, tapi sebelumnya ada penyebutan “jurnalisme
yellow” karena berita yang ditawarkan terlalu berlebihan walaupun sampai
sekarang kita masih menemuinya.
Percetakan koran terus meningkat
terutama karena adanya dampak koran sebagai media massa yang membuat industri
media cetak terus tumbuh. Koran dibuat dalam jumlah besar dan dipasarkan secara
langsung di kota-kota dan akhirnya perkembangan teknologi membuat koran bisa
dikirim melalu internet. Walaupun internet membuat semua orang mendapakan
informasi secara cepat, banyak dampak negatif bagi koran ataupun media cetak
itu sendiri. Media cetak memang dapat menjangkau pembaca melalui media online,
tetapi hal tersebut membuat pembaca lebih memilih untuk mengakses media online
ketimbang membaca koran atau media cetak lain. Hal tersebut membuat perusahaan
koran dan media cetak lain harus mampu membuat pembaca mau berkunjung ke situs
mereka agar nanti mereka akan mendapatkan pendapat dari traffic situs tersebut. Traffic
tersebut nantinya akan berguna saat
mereka memasarkan situs mereka ke pengiklan karena koran menjual pembaca
ke pengiklan. Jadi, semakin banyak yang membaca situs mereka, maka akan semakin
banyak iklan yang mereka dapatkan dari pengiklan karena pengiklan ingin agar
iklan mereka dilihat banyak orang. Banyak segmentasi yang ada di dalam media
cetak, seperti kroan yang bersifat harian memberitakan berita nasional, gaya
hidup, dan hiburan. Kemudian, ada pula yang menyajikan olahraga maupun fokus
terhadap hiburan.
Orang yang membaca koran kini lebih
sedikit dan lebih didominasi oleh orangtua atau orang dewasa, sebab anak muda
kini lebih condong untuk melihat informasi di media online karena ada persepsi
bahwa koran dibaca oleh orangtua. Namun, koran masih mempunyai tempatnya sendiri
di sebagian orang karena berita yang mereka sajikan lebih mendalam dibanding
berita online yang karena kecepatannya membuat berita tersebut hanya
dipermukaan saja. Akibat dari industri media cetak yang dapat dikatakan kian
menurun, membuat sebagian koran bekerjasama, seperti berbagi iklan. Namun, hal
ini membuat kompetisi yang ada di koran itu menjadi kurang karena para
kompetitor bergabung atau bekerjasama dan membuat mereka menjadi tidak begitu
serius. Selain itu, kepemilikan di media massa yang bisa dikatakan merupakan
sebuah konglomerasi media, menjadikan kepemilikan ini menjadi perhatian karena
para pemiliknya merupakan pemain lama di media sebelumnya dan hal tersebut
dapat membuat informasi yang hadir ke masyarakat menjadi tidak sesuai dan
bahkan terkadang digunakan untuk kepentingan pemiliknya. Tentu saja, hal ini
akan berdampak besar pada etika jurnalistik dan dapat mengubah tujuan dari
media massa itu sendiri.
No comments:
Post a Comment