A.
Produk
Gagal Di Indonesia
1.
Sejarah Singkat Odol
Selama ini, masyarakat Indonesia sering mengganti kata
“pasta gigi” dengan “odol”, padahal “odol” adalah sebuah merk pasta gigi yang
didproduksi di Jerman Dresden Chemical Laboratory Lingner atau Lingner Werke
AG. Awalnya, mereka menciptakan mouthwash
pada 1892. Karl August Lingner adalah penemu yang menciptakan mouthwash dan
mengampanyekan hidup higienis. Dia dikenal sebagai orang pertama yang
mengadakan International Hygiene Exhibition pada 1911 serta mendirikan museum
The German Hygyene Museum di Dresden.
2.
Perkembangan di Indonesia
Odol sendiri populer pada zaman Belanda tahun 1920.
Pasta gigi ini mampu menggeser cara masyarakat dalam membersihkan gigi, yaitu
mengganti pemakaian tumbukan batu-bata dan bubuk buah pinang. Pada saat itu,
kompetitor dari pasta gigi tidak begitu banyak sehingga Odol dengan mudahnya
menjadi merek paling populer. Pembuatan iklan pada saat itu bertujuan untuk
membangun awareness dan memperkenalkan
produk baru ke masyarakat yang ditampilkan di koran atau poster. Iklan Odol
sendiri bertujuan untuk mempengerahui masyarakat agar menggunakan Odol dan
meninggalkan kebiasaan lama. Odol ini akhirnya menjadi produk nomor satu pada
saat itu karena mendapat sambutan positif dari masyarakat. Kemudian, Odol ini
menjadi top of mind di dalam
masyarakat.
3.
Kegagalan Odol di Indonesia
Jika dilihat, produk ini sudah tidak ada lagi di
Indonesia, tetapi namanya telah menjadi metonimia,
yaitu majas yang menggunakan merek dagang
atau nama barang untuk melukiskan suatu benda secara keseluruhan. Dilihat dari segi produk, Odol merupakan produk
yang sangat populer dan masyarakat Indonesia aware dengan merek ini. Kemudian, pada segi price, tidak diketahui
jumlah pasti harga Odol pada saat itu. Namun, jika harga Odol terlalu tinggi
atau tidak sesuai dengan kemampuan masyarakat pada saat itu, pasti Odol tidak
akan menjadi produk yang sangat melekat di Indonesia. Pada penempatan atau place-nya sendiri, produk ini
diperjual-belikan di seluruh Indonesia, bahkan produk ini juga dijual di luar
negeri. Akan tetapi, produk ini gagal pada promotion
karena Odol tidak dapat mempertahakan eksistensinya di Indonesia.
Jika dilihat dari Product
Life Cycle atau siklus hidup produk, yaitu:
a. Perkenalan
(Introduction), produsen memperkenalkan produk barunya ke masyarakat, seperti
memasang iklan di koran.
b. Perkembangan
(Growth), produk tersebut sudah dikenal dan diterima oleh masyarakat.
c. Tahap
Kedewasaan (Maturity), keuntungan penjualan sedikit menurun karena harus
bersaing dengan pesaing lainnya.
d. Tahap
Penurunan (Decline), keuntungan semakin menurun dan jika strateginya tidak
tepat, maka produk tersebut dapat hilang di pasaran.
e. Strategi
Ekstensi (Perpanjangan), strategi yang digunakan produsen untuk mempertahankan
produk mereka agar tidak memasuki tahap penurunan.
Odol ini gagal pada tahap Strategi
Ekstensi (Perpanjangan) dan akhirnya mengalami Tahap Penurunan (Decline) karena
pada tahap sebelumnya, yaitu, perkenalan (introduction),
perkembangan (growth), dan tahap
kedewasaan (maturity), produk Odol
ini tidak mengalami kendala. Mereka tidak bisa bersaing dengan para kompetitor
pasta gigi lainnya sehingga mengalami proses decline. Akhirnya, popularitas Odol menurun, terutama saat
Unilever, dengan Pepsodent-nya masuk ke Indonesia pada 1980, yang kemudian
membuat produk ini tidak ada lagi di pasar Indonesia.
B. Produk Berhasil di Indonesia
1. Sejarah
Singkat Oreo
Diawali dengan bergabungnya
perusahaan roti serta biskuit pada 1988 dan membentuk National Biscuit Company
(Nabisco). Awalnya, mereka memproduksi Barnum dan menjadi sukses dipasaran
hingga mereka mempunyai ide untuk membuat biskuit bagi anak-anak. Oreo petama
kali hadir pada 1912 dengan 2 lempengan cokelat dan krim ditengahnya. Desain
Oreo sendiri tidak banyak mengalami perubahan dari yang dulu hingga sekarang,
hanya pada bentuk motif di kedua lempengan Oreo. Oreo sekarang telah menjadi
makanan favorit dengan pendapatan global tahunannya sebesar $1.5 trilliun.
2. Perkembangan
di Indonesia
Orang yang lahir pada 1970-an
sampai 1980-an, terutama di Eropa dan Amerika, mereka tidak asing lagi pada
Oreo. Di Indonesia, Oreo diproduksi oleh PT. Mondelēz Indonesia
Manufacturing (dahulu PT. Nabisco Indonesia sebelum
tahun 2008 dan PT.Kraft Indonesia sebelum tahun 2013)
di Bekasi, Indonesia. Di Indonesia, Oreo sangat laris dipasaran.
Salah satu contohnya adalah pada saat bulan Ramadhan 2015. Penjualan biskuit
ini mengalami kenaikan sekitar 60%. Oreo juga sekarang telah banyak mengalami
inovasi, seperti Oreo Soft Cake. Dikutip dari salah satu media online, Oreo
Indonesia telah mengeluarkan biaya sekitar Rp 200.000.000.000,00 (Dua ratus
milliar rupiah). Selain itu, pabrik Oreo yang ada di Indonesia menjadi pusat
produksi biskuit Oreo untuk pasar ekspor ke beberapa negara di dunia. Walaupun
banyak produk yang mencoba mengikuti Oreo dan melakukan berbagai cara, salah
satunya dengan menawarkan harga yang lebih murah, Oreo tetap menjadi biskuit
populer di Indonesia.
3. Keberhasilan
Oreo
Oreo berhasil pada semua segi,
yaitu promotion, place, price, dan product. Produk Oreo sendiri berhasil
karena perusahaan ini terus berinovasi dengan memberikan alternatif lain,
seperti double stuff, dan tetap
mempertahankan produk asli mereka. Mereka juga tetap mempertahankan kualitas
produk mereka. Selanjutnya, pada bagian place, Oreo telah ada di seluruh
Indonesia, baik di warung, minimarket, maupun
supermarket. Mereka telah menguasai
seluruh segmen masyarakat, baik dari kelas bawah sampai atas. Kemudian, harga
yang mereka tawarkan juga sesuai dengan kemampuan para pembelinya, mereka dapat
menyesuaikan harga mereka dengan konsumen di Indonesia. Suksesnya Oreo
sebenarnya adalah pada bagian promotion. Hal
ini dapat terlihat dari media sosial milik Oreo (Dunia), yaitu:
a. Facebook,
memiliki lebih dari 41 juta fans
b. Twitter,
memiliki lebih dari 802 ribu followers
c. Instagram,
memiliki lebih dari 1,4 milliar pengikut
d. Youtube,
memiliki lebih dari 125 ribu langganan
Selain
itu, mereka terus mengikuti perkembangan zaman yang ada sehingga dapat terus
bertahan, dapat dilihat dari iklan dan inovasi-inovasi baru yang mereka
keluarkan. Dalam siklus hidup produk, mereka menggunakan strategi yang tepat
agar produknya tidak mengalami proses decline.
Mereka tetap mempertahankan motto produk mereka, yaitu'twist,
lick, dunk' atau dalam bahasa indonesia adalah 'diputer, dijilat,
dicelupin', yang akhirnya membuat orang mudah untuk mengingatnya. Promotion mereka juga sukses pada
pemasaran internasionalnya, dapat dilihat bahwa banyak perusahaan makanan yang
menggunakan produk Oreo sebagai tambahan dari produk mereka, seperti Baskin
Robbins dan Walls.
Referensi Produk Gagal
http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-siklus-hidup-produk-product-life-cycle/
Referensi Produk Berhasil
https://www.youtube.com/user/Oreo/featured
No comments:
Post a Comment