Monday, March 14, 2016

Produk Gagal dan Produk Berhasil di Indonesia

A.    Produk Gagal Di Indonesia
1.      Sejarah Singkat Odol
Selama ini, masyarakat Indonesia sering mengganti kata “pasta gigi” dengan “odol”, padahal “odol” adalah sebuah merk pasta gigi yang didproduksi di Jerman Dresden Chemical Laboratory Lingner atau Lingner Werke AG. Awalnya, mereka menciptakan mouthwash pada 1892. Karl August Lingner adalah penemu yang menciptakan mouthwash dan mengampanyekan hidup higienis. Dia dikenal sebagai orang pertama yang mengadakan International Hygiene Exhibition pada 1911 serta mendirikan museum The German Hygyene Museum di Dresden.

2.      Perkembangan di Indonesia
Odol sendiri populer pada zaman Belanda tahun 1920. Pasta gigi ini mampu menggeser cara masyarakat dalam membersihkan gigi, yaitu mengganti pemakaian tumbukan batu-bata dan bubuk buah pinang. Pada saat itu, kompetitor dari pasta gigi tidak begitu banyak sehingga Odol dengan mudahnya menjadi merek paling populer. Pembuatan iklan pada saat itu bertujuan untuk membangun awareness dan memperkenalkan produk baru ke masyarakat yang ditampilkan di koran atau poster. Iklan Odol sendiri bertujuan untuk mempengerahui masyarakat agar menggunakan Odol dan meninggalkan kebiasaan lama. Odol ini akhirnya menjadi produk nomor satu pada saat itu karena mendapat sambutan positif dari masyarakat. Kemudian, Odol ini menjadi top of mind di dalam masyarakat.

3.      Kegagalan Odol di Indonesia
Jika dilihat, produk ini sudah tidak ada lagi di Indonesia, tetapi namanya telah menjadi metonimia, yaitu majas yang menggunakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan suatu benda secara keseluruhan. Dilihat dari segi produk, Odol merupakan produk yang sangat populer dan masyarakat Indonesia aware dengan merek ini. Kemudian, pada segi price, tidak diketahui jumlah pasti harga Odol pada saat itu. Namun, jika harga Odol terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kemampuan masyarakat pada saat itu, pasti Odol tidak akan menjadi produk yang sangat melekat di Indonesia. Pada penempatan atau place-nya sendiri, produk ini diperjual-belikan di seluruh Indonesia, bahkan produk ini juga dijual di luar negeri. Akan tetapi, produk ini gagal pada promotion karena Odol tidak dapat mempertahakan eksistensinya di Indonesia.
Jika dilihat dari Product Life Cycle atau siklus hidup produk, yaitu:
a.       Perkenalan (Introduction), produsen memperkenalkan produk barunya ke masyarakat, seperti memasang iklan di koran.
b.      Perkembangan (Growth), produk tersebut sudah dikenal dan diterima oleh masyarakat.
c.       Tahap Kedewasaan (Maturity), keuntungan penjualan sedikit menurun karena harus bersaing dengan pesaing lainnya.
d.      Tahap Penurunan (Decline), keuntungan semakin menurun dan jika strateginya tidak tepat, maka produk tersebut dapat hilang di pasaran.
e.       Strategi Ekstensi (Perpanjangan), strategi yang digunakan produsen untuk mempertahankan produk mereka agar tidak memasuki tahap penurunan.
Odol ini gagal pada tahap Strategi Ekstensi (Perpanjangan) dan akhirnya mengalami Tahap Penurunan (Decline) karena pada tahap sebelumnya, yaitu, perkenalan (introduction), perkembangan (growth), dan tahap kedewasaan (maturity), produk Odol ini tidak mengalami kendala. Mereka tidak bisa bersaing dengan para kompetitor pasta gigi lainnya sehingga mengalami proses decline. Akhirnya, popularitas Odol menurun, terutama saat Unilever, dengan Pepsodent-nya masuk ke Indonesia pada 1980, yang kemudian membuat produk ini tidak ada lagi di pasar Indonesia.

B.     Produk Berhasil di Indonesia
1.      Sejarah Singkat Oreo
Diawali dengan bergabungnya perusahaan roti serta biskuit pada 1988 dan membentuk National Biscuit Company (Nabisco). Awalnya, mereka memproduksi Barnum dan menjadi sukses dipasaran hingga mereka mempunyai ide untuk membuat biskuit bagi anak-anak. Oreo petama kali hadir pada 1912 dengan 2 lempengan cokelat dan krim ditengahnya. Desain Oreo sendiri tidak banyak mengalami perubahan dari yang dulu hingga sekarang, hanya pada bentuk motif di kedua lempengan Oreo. Oreo sekarang telah menjadi makanan favorit dengan pendapatan global tahunannya sebesar $1.5 trilliun.

2.      Perkembangan di Indonesia
Orang yang lahir pada 1970-an sampai 1980-an, terutama di Eropa dan Amerika, mereka tidak asing lagi pada Oreo. Di Indonesia, Oreo diproduksi oleh PT. Mondelēz Indonesia Manufacturing (dahulu PT. Nabisco Indonesia sebelum tahun 2008 dan PT.Kraft Indonesia sebelum tahun 2013) di Bekasi, Indonesia. Di Indonesia, Oreo sangat laris dipasaran. Salah satu contohnya adalah pada saat bulan Ramadhan 2015. Penjualan biskuit ini mengalami kenaikan sekitar 60%. Oreo juga sekarang telah banyak mengalami inovasi, seperti Oreo Soft Cake. Dikutip dari salah satu media online, Oreo Indonesia telah mengeluarkan biaya sekitar Rp 200.000.000.000,00 (Dua ratus milliar rupiah). Selain itu, pabrik Oreo yang ada di Indonesia menjadi pusat produksi biskuit Oreo untuk pasar ekspor ke beberapa negara di dunia. Walaupun banyak produk yang mencoba mengikuti Oreo dan melakukan berbagai cara, salah satunya dengan menawarkan harga yang lebih murah, Oreo tetap menjadi biskuit populer di Indonesia.

3.      Keberhasilan Oreo
Oreo berhasil pada semua segi, yaitu promotion, place, price, dan product. Produk Oreo sendiri berhasil karena perusahaan ini terus berinovasi dengan memberikan alternatif lain, seperti double stuff, dan tetap mempertahankan produk asli mereka. Mereka juga tetap mempertahankan kualitas produk mereka. Selanjutnya, pada bagian place, Oreo telah ada di seluruh Indonesia, baik di warung, minimarket, maupun supermarket. Mereka telah menguasai seluruh segmen masyarakat, baik dari kelas bawah sampai atas. Kemudian, harga yang mereka tawarkan juga sesuai dengan kemampuan para pembelinya, mereka dapat menyesuaikan harga mereka dengan konsumen di Indonesia. Suksesnya Oreo sebenarnya adalah pada bagian promotion. Hal ini dapat terlihat dari media sosial milik Oreo (Dunia), yaitu:
a.       Facebook, memiliki lebih dari 41 juta fans
b.      Twitter, memiliki  lebih dari 802 ribu followers
c.       Instagram, memiliki lebih dari 1,4 milliar pengikut
d.      Youtube, memiliki lebih dari 125 ribu langganan
Selain itu, mereka terus mengikuti perkembangan zaman yang ada sehingga dapat terus bertahan, dapat dilihat dari iklan dan inovasi-inovasi baru yang mereka keluarkan. Dalam siklus hidup produk, mereka menggunakan strategi yang tepat agar produknya tidak mengalami proses decline. Mereka tetap mempertahankan motto produk mereka, yaitu'twist, lick, dunk' atau dalam bahasa indonesia adalah 'diputer, dijilat, dicelupin', yang akhirnya membuat orang mudah untuk mengingatnya. Promotion mereka juga sukses pada pemasaran internasionalnya, dapat dilihat bahwa banyak perusahaan makanan yang menggunakan produk Oreo sebagai tambahan dari produk mereka, seperti Baskin Robbins dan Walls.



Referensi Produk Gagal
http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-siklus-hidup-produk-product-life-cycle/

Referensi Produk Berhasil

https://www.youtube.com/user/Oreo/featured

No comments:

Post a Comment